Perang Teluk adalah perang yang
terjadi di Teluk Persia pada abad ke-20 dan ke-21. Perang Teluk dibagi menjadi
3, yaitu Perang Teluk I, Perang Teluk II, dan Perang Teluk III. Perang ini terjadi
atas banyak faktor, di antaranya yaitu idelogi, agama, ekonomi, sosial-budaya, politik,
sejarah, ras, dan ego para pemimpin negara-negara timur tengah.
Latar Belakang
Sebenarnya asal-usul konflik kedua
negara sulit ditemukan. Iran dan Irak telah memiliki konflik sejak peradaban
pertama Mesopotamia yang sekarang menjadi Irak modern, dengan Kerajaan Persia
yang sekarang menjadi Republik Iran. Iran dan Irak telah lama bersengketa wilayah. Wilayah yang menjadi sengketa adalah Khuzestan,
provinsi kaya minyak di Iran, dan sungai Shatt Al-Arab yang mengalir di
perbatasan kedua negara.
Peperangan ini juga dipicu oleh Revolusi Iran pada 1979, yaitu runtuhnya pemerintahan monarki di bawah Shah Mohammad Reza Pahlavi, menjadi Republik Islam yang dipimpin oleh Ruhollah Komeini. Selama kepemimpinannya, Ruholla Komeini menyerukan kaum Syiah di Irak untuk bangkit melawan Addam Hussein. Sebaliknya, Saddam Hussein juga menyerukan kaum Arab di Khuzestan untuk memberontak melawan Ruhollah Komeini.
Situasi Iran yang tidak stabil pasca
revolusi mempermudah serangan yang akan dilancarkan oleh Irak. Pada April 1980,
Militan Syiah yang didukung Iran membunuh para pejabat Irak. Saddam Hussein menggunakan
insiden tersebut sebagai alasan utnuk menyerang Iran. Saddam tahu bahwa Iran
pasca revolusi yang anti barat, anti komunis, dan Syiah fanatik akan membuat
Barat, Uni Soviet, dan kerajaan Teluk Arab Sunni akan memilih untuk berpihak ke
Irak jika peperangan terjadi.
Jalannya Perang
Peperangan ini bermula saat pasukan
Irak menerobos perbatasan Iran pada 22 September 1980. Angkatan udara Irak
menyerang pangkalan udara Iran. Selanjutnya Irak melakukan invasi darat dan
berhasil menguasai beberapa kota Iran di perbatasan. Iran segera melancarkan
serangan balik, hingga pada tahun 1982 Iran berhasil merebut kembali kota-kota
yang tadinya dikuasai Irak, termasuk ibukota Khuzestan.
Saddam Hussein mencoba berdamai
dengan memberikan persembangan berupa uang agar Iran tidak menyerang balik
negaranya. Namun, hal tersebut ditolak oleh pihak Iran. Ribuan prajurit Iran
tetap menyerang kota-kota di dekat perbatasan. Sedangkan pasukan Irak
menggunakan parit-parit sebagai perlindungan. Irak juga menggunakan senjata
kimia untuk menangkis serangan pasukan Iran. Peperangan kedua negara terus
berlanjut. Irak membombardir ibukota Iran, Tehran. Namun serangan tersebut
menjadi bumerang bagi Irak sendiri. Tidak mau berhenti, Irak kembali menyerang
kapal tanker Iran pada 1984 guna melemahkan ekonomi Iran.
Akhir Perang dan Dampak
PBB mulai mengajukan proposal
perdamaian. Namun proposal tersebut ditolak oleh Iran. Iran mencoba menyerang
kembali Irak pada 1988, lalu Irak memberikan serangan balik, meskipun serangan
balik itu berakhir gagal. Keduannya yang berada di tekanan internasional mulai
lelah berperang. Mereka menyepakati Resolusi 589 PBB dan mengakhiri
pertempuran.
Peperangan tersebut memakan bayak
dana, mengakibatkan utang kedua negara semakin besar. Tentunya, peperangan juga
tidak lepas dari jatuhya korban jiwa. Selain korban jiwa, jutaan penduduk harus
mengungsi. Perang ini bisa dikatakan mirip dengan Perang Dunia II, karena
strategi yang digunakan Irak yatu berlindung di parit-parit kurang lebih sama dengan
strategi yang digunakan pada Perang Dunia II.
0 komentar: