Perang Teluk adalah perang yang terjadi di Teluk Persia pada abad ke-20 dan ke-21. Perang Teluk dibagi menjadi 3, yaitu Perang Teluk I, Pe...

Perang Teluk I: Iran-Irak (1980-1988)


Perang Teluk adalah perang yang terjadi di Teluk Persia pada abad ke-20 dan ke-21. Perang Teluk dibagi menjadi 3, yaitu Perang Teluk I, Perang Teluk II, dan Perang Teluk III. Perang ini terjadi atas banyak faktor, di antaranya yaitu idelogi, agama, ekonomi, sosial-budaya, politik, sejarah, ras, dan ego para pemimpin negara-negara timur tengah.


Latar Belakang


Sebenarnya asal-usul konflik kedua negara sulit ditemukan. Iran dan Irak telah memiliki konflik sejak peradaban pertama Mesopotamia yang sekarang menjadi Irak modern, dengan Kerajaan Persia yang sekarang menjadi Republik Iran. Iran dan Irak telah lama bersengketa wilayah.  Wilayah yang menjadi sengketa adalah Khuzestan, provinsi kaya minyak di Iran, dan sungai Shatt Al-Arab yang mengalir di perbatasan kedua negara.


Peperangan ini juga dipicu oleh Revolusi Iran pada 1979, yaitu runtuhnya pemerintahan monarki di bawah Shah Mohammad Reza Pahlavi, menjadi Republik Islam yang dipimpin oleh Ruhollah Komeini. Selama kepemimpinannya, Ruholla Komeini menyerukan kaum Syiah di Irak untuk bangkit melawan Addam Hussein. Sebaliknya, Saddam Hussein juga menyerukan kaum Arab di Khuzestan untuk memberontak melawan Ruhollah Komeini.


Situasi Iran yang tidak stabil pasca revolusi mempermudah serangan yang akan dilancarkan oleh Irak. Pada April 1980, Militan Syiah yang didukung Iran membunuh para pejabat Irak. Saddam Hussein menggunakan insiden tersebut sebagai alasan utnuk menyerang Iran. Saddam tahu bahwa Iran pasca revolusi yang anti barat, anti komunis, dan Syiah fanatik akan membuat Barat, Uni Soviet, dan kerajaan Teluk Arab Sunni akan memilih untuk berpihak ke Irak jika peperangan terjadi.


Jalannya Perang


Peperangan ini bermula saat pasukan Irak menerobos perbatasan Iran pada 22 September 1980. Angkatan udara Irak menyerang pangkalan udara Iran. Selanjutnya Irak melakukan invasi darat dan berhasil menguasai beberapa kota Iran di perbatasan. Iran segera melancarkan serangan balik, hingga pada tahun 1982 Iran berhasil merebut kembali kota-kota yang tadinya dikuasai Irak, termasuk ibukota Khuzestan.


Saddam Hussein mencoba berdamai dengan memberikan persembangan berupa uang agar Iran tidak menyerang balik negaranya. Namun, hal tersebut ditolak oleh pihak Iran. Ribuan prajurit Iran tetap menyerang kota-kota di dekat perbatasan. Sedangkan pasukan Irak menggunakan parit-parit sebagai perlindungan. Irak juga menggunakan senjata kimia untuk menangkis serangan pasukan Iran. Peperangan kedua negara terus berlanjut. Irak membombardir ibukota Iran, Tehran. Namun serangan tersebut menjadi bumerang bagi Irak sendiri. Tidak mau berhenti, Irak kembali menyerang kapal tanker Iran pada 1984 guna melemahkan ekonomi Iran.


Akhir Perang dan Dampak


PBB mulai mengajukan proposal perdamaian. Namun proposal tersebut ditolak oleh Iran. Iran mencoba menyerang kembali Irak pada 1988, lalu Irak memberikan serangan balik, meskipun serangan balik itu berakhir gagal. Keduannya yang berada di tekanan internasional mulai lelah berperang. Mereka menyepakati Resolusi 589 PBB dan mengakhiri pertempuran.


Peperangan tersebut memakan bayak dana, mengakibatkan utang kedua negara semakin besar. Tentunya, peperangan juga tidak lepas dari jatuhya korban jiwa. Selain korban jiwa, jutaan penduduk harus mengungsi. Perang ini bisa dikatakan mirip dengan Perang Dunia II, karena strategi yang digunakan Irak yatu berlindung di parit-parit kurang lebih sama dengan strategi yang digunakan pada Perang Dunia II.

0 komentar: